Review Anak Pohon (No Spoiler)



Anak Pohon adalah novel yang diterbitkan Fantasious. Fantasious sendiri merupakan penerbit buku-buku bergenre fantasi, yang membawa terjemahan seri fenomenal Game of Thrones ke Indonesia. Saya tidak tahu apa versi cetak Anak Pohon dijual di toko buku, saya membeli versi digitalnya via Google Book dengan harga Rp 31.540,-. Sangat terjangkau, kan? Tidak perlu jauh-jauh ke toko buku, atau menunggu kiriman paket, cukup membuka aplikasi Google Book dan anda sudah bisa membacanya!

Sudah cukup pembukaannya, sekarang saya akan mulai membicarakan apa yang saya baca. Sesuai judul, ini adalah review tanpa spoiler. Khusus review dengan spoiler, akan saya buat dalam postingan lain.



Blurb :

Satu kisah misteri mencuat dari keberadaan sebuah pohon angker di bekas reruntuhan sumur. Satu misteri yang memberi kehidupan bagi makhluk lain. Misteri yang tak bisa dipecahkan oleh warga sekitar. Misteri yang dibiarkan menjadi legenda menyeramkan. Ini tentang hidup seorang gadis bernama Nuansa Aruna. Seorang gadis anomali yang menyingkir dari pergaulan normal.

Menghilangnya anak-anak perempuan dengan pola yang sama, usia delapan tahun, sore hari dan pohon keramat. Mengingatkan warga desa terhadap peristiwa yang pernah terjadi bertahun silam. Kabarnya peristiwa itu pernah menimpa Nuansa.

Nuansa yang penasaran semakin terjerumus ke dunia lain ketika berulang tahun ke-16. Bertemu dengan makhluk-makhluk halus penghias mimpi-mimpinya. Semakin ia terlibat, semakin ia menjadi bagiannya. Pada saat tulang belulng ditemukan di dekat pohon angker, luka-luka lama terbangkitkan. Desa Kebonagung bersiap menyaksikan peristiwa yang tak akan dilupakan seumur hidup.

***


Satu hal yang langsung membuat saya kurang nyaman adalah nama karakter utama, Nuansa Aruna. Di sepanjang cerita ia dipanggil dengan Nuansa, yang menurutku sangat tidak lazim. Lebih enak misal dipanggil Aruna saja.

Selain Nuansa ada banyak karakter dalam novel ini, mulai dari teman dekatnya, teman sekolah, orang tua, sampai warga desa. Meski begitu interaksi yang ditampilkan sangat mengalir. Tiap karakter memberi kesan yang kuat, Ada Djabrik sang sahabat yang diam-diam suka, ada sang ayah yang teguh melindungi keluarga, ada juga ustaz menyebalkan yang menjadi bumbu dalam konflik.

Menurut saya novel ini berhasil memadukan nuansa (bukan nama karakter utama) mistis bernapaskan fantasi dengan kearifan lokal. Seting budaya yang diangkat sangat membumi, dihadirkan tak hanya melalui penyebutan tempat tapi juga dialog, aktivitas warga, sampai minuman yang dijual di warung. Penulis membuat konsep fantasiah yang menjelaskan fenomena-fenomena mistis yang kerap beredar di masyarakat. Misalnya penampakan kalong wewe ataupun pohon-pohon besar yang dianggap keramat.

Gaya bahasa yang digunakan dalam narasi juga sangat enak diikuti. Pemilihan diksinya tepat, dan saya rasa bisa menjadi referensi bagus untuk orang-orang yang ingin menulis fantasi dengan seting Indonesia.

Hmm, ada sedikit adegan vulgar, tapi itu tergantung bagaimana kita menyikapinya, hehe.

Sekian review tanpa spoilernya. Untuk review dengan spoiler yang membahas plot secara detail, bisa disimak di Review Anak Pohon (With Spoiler). Tak dianjurkan untuk yang belum baca, tapi silakan jika masih nekad.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

The Masque of the Red Death

Review Novel : Attack On Titan Before The Fall Vol. 1

Review Novel : Zombie Aedes